article image

Cara Menghitung Persediaan Akhir dengan Metode FIFO, Simak!

29 Sep 2025

Penulis Tim eDOT

Cara menghitung persediaan akhir dengan metode FIFO penting dipahami, terutama bagi perusahaan dagang maupun manufaktur. 

Pencatatan ini membantu mengetahui nilai sisa stok yang tersedia di akhir periode, sekaligus menentukan barang mana yang sebaiknya digunakan atau dikeluarkan terlebih dahulu. 

Dengan prinsip First In, First Out, barang yang pertama masuk akan dikeluarkan lebih dulu sehingga risiko stok kedaluwarsa bisa berkurang. 

Metode ini juga mempermudah penyusunan laporan keuangan, menjaga kelancaran operasional, dan mendukung pengambilan keputusan yang lebih tepat. 

Untuk lebih jelasnya, mari simak pembahasan selengkapnya terkait FIFO, cara hitung, hingga contohnya dalam artikel ini.

Apa Itu FIFO?

FIFO (First-In, First-Out) adalah metode pencatatan persediaan yang mengasumsikan barang pertama masuk akan menjadi barang pertama yang dikeluarkan. 

Dalam praktiknya, biaya dari barang yang masuk lebih dulu dicatat dan digunakan untuk menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP). 

Metode ini dapat membantu perusahaan menilai persediaan secara akurat, terutama saat harga bahan baku berubah-ubah.

Dengan demikian, penyajian laporan keuangan lebih realistis dan mendukung keputusan bisnis pada periode selanjutnya.

Cara Menghitung Persediaan Akhir dengan Metode FIFO

Setelah memahami apa itu FIFO, langkah selanjutnya adalah mengetahui cara menghitung persediaan akhir dengan metode ini. Prosesnya cukup sederhana dan dapat dilakukan melalui beberapa tahapan berikut:

1. Catat Barang yang Masuk Terlebih Dahulu

Hal pertama yang perlu dilakukan dalam metode FIFO adalah mencatat barang yang masuk ke persediaan secara detail, mulai dari jumlah unit, tanggal penerimaan, hingga harga per unit. 

Susun data sesuai urutan tanggal masuk agar pelacakan barang yang lebih dulu diterima lebih mudah. Catatan ini menjadi dasar penting untuk menghitung HPP dan sisa persediaan. 

Untuk hasil yang lebih akurat, Anda juga bisa mempelajari cara menghitung stok barang masuk dan keluar agar proses pengelolaan lebih cepat dan efisien.

Baca juga: Mengetahui Inventory Turnover Formula & Manfaat Menghitungnya

2. Tetapkan Biaya Barang yang Terjual

Setelah barang diurutkan berdasarkan tanggal masuk, tentukan biaya barang yang terjual dengan menggunakan harga dari stok yang lebih dulu diterima. 

Mengacu pada metode FIFO, pemakaian barang paling awal ditekankan sehingga nilai yang dihitung mengikuti urutan tersebut. Langkah ini penting untuk memperoleh HPP yang akurat sesuai waktu pembelian.

3. Menghitung Jumlah Persedian Akhir

Penghitungan sisa persediaan setelah penjualan dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah barang terjual dari total stok, lalu menilai persediaan akhir menggunakan harga pembelian yang paling akhir masuk. 

Selain itu, perusahaan juga perlu menghitung safety stock agar pasokan tetap stabil dan terhindar dari kekosongan barang. 

Dengan begitu, pencatatan persediaan mencerminkan kondisi stok aktual dan biaya terbaru sesuai prinsip FIFO.

Contoh Perhitungan Persediaan dengan FIFO

Agar lebih mudah dipahami, cek beberapa contoh metode FIFO dalam menghitung perhitungan persediaan di berbagai situasi berikut:

1. Contoh Barang Diskon

Perusahaan membeli 100 unit barang pada 15 Januari dengan harga Rp10.000 per unit. Kemudian, pada 25 Januari, pemasok memberikan diskon 10% untuk 50 unit barang. 

Pada 30 Januari, perusahaan membeli lagi 150 unit barang dengan harga Rp12.000 per unit. Selama bulan Januari, perusahaan menjual total 200 unit barang.

Perhitungan FIFO

  • Biaya barang dengan diskon
    • 50 unit x Rp9.000 = Rp450.000
  • Barang dari pembelian pertama
    • 100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000
  • Pembelian 30 Januari
    • 150 unit x Rp12.000 = Rp1.800.000
  • Total barang yang tersedia hingga 30 Januari
    • 100 + 50 +150 = 300 unit
  • Biaya barang yang dijual
    • 100 x Rp10.000 = Rp1.000.000
    • 50 x Rp9.000 = Rp450.000
    • 50 x Rp12.000 = Rp600.000
  • Total biaya barang yang dijual
    • Rp1.000.000 + Rp450.000 + Rp600.000 = Rp2.050.000
  • Persediaan akhir
    • 150 āˆ’ 50 = 100 unit
    • 100 unit x Rp12.000 = Rp1.200.000
  • Total nilai persediaan akhir: Rp1.200.000.

Baca juga: Cara Menghitung HPP (Harga Pokok Penjualan): Rumus, Komponen, dan Contoh Lengkap

2. Persedian yang Berubah-Ubah

Dalam kasus nyata, persediaan bisa berubah-ubah dalam jumlah dan harga. Misalnya, perusahaan membeli 100 unit barang pada 1 Januari dengan harga Rp10.000 per unit. 

Pada 10 Januari, dibeli lagi 200 unit Rp12.000 per unit. Lonjakan permintaan membuat perusahaan membeli 15 unit pada 20 Januari Rp13.000 per unit. 

Pada bulan Februari, pengadaan dilakukan tiga kali, yaitu:

  • 50 unit Rp14.000 per unit (1 Februari)
  • 100 unit Rp12.500 per unit (10 Februari)
  • 200 unit Rp13.500 per unit (20 Februari)

Lebih lanjut, selama Januari–Februari, perusahaan menjual total 500 unit barang.

Perhitungan FIFO

  • Pengiriman 1 Januari: 100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000.
  • Pengiriman 10 Januari: 200 unit x Rp12.000 = Rp2.400.000.
  • Pengiriman 20 Januari: 15 unit x Rp13.000 = Rp195.000.
  • Pengiriman 1 Februari: 50 unit x Rp14.000 = Rp700.000.
  • Pengiriman 10 Februari: 100 unit x Rp12.500 = Rp1.250.000.
  • Sisa unit yang perlu diambil: 500 - (100 + 200 + 15 + 50 + 100) = 35 unit.
    • 35 unit dari pengiriman 20 Februari x Rp13.500 = Rp472.500.
  • Total biaya barang yang dijual
    • Rp1.000.000 + Rp2.400.000 + Rp195.000 + Rp700.000 + Rp1.250.000 + Rp472.500 = Rp6.017.500.
  • Sisa dari pengiriman 20 Februari
    • 200 - 35 = 165 unit.
  • Total persediaan akhir
    • 165 unit x Rp13.500 = Rp2.227.500.

3. Barang yang Dijual dan Persedian Akhir

Penghitungan biaya barang yang dijual dan nilai persediaan akhir dengan FIFO dapat mengikuti urutan penerimaan barang. 

Misalnya, pengiriman pertama berisi 100 unit Rp10.000 per unit, pengiriman kedua 200 unit Rp12.000 per unit, dan pengiriman ketiga 150 unit Rp13.000 per unit. Pada bulan Januari, perusahaan menjual total 280 unit barang.

Perhitungan FIFO

  • Pengiriman 1 Januari
    • 100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000
  • Pengiriman 10 Januari (sisa unit)
    • 280 - 100 = 180 unit x Rp12.000 = Rp2.160.000
  • Total biaya barang yang dijual
    • Rp1.000.000 + Rp2.160.000 = Rp3.160.000
  • Persediaan akhir
    • Sisa dari pengiriman kedua: 200 - 180 = 20 unit
      • 20 unit x Rp12.000 = Rp240.000
    • Sisa dari pengiriman ketiga: 150 unit
      • 150 unit x Rp13.000 = Rp1.950.000
  • Total persediaan akhir
    • Rp240.000 + Rp1.950.000 = Rp2.190.000

4. Kenaikan Harga

Perusahaan membeli 100 unit barang pada 10 Januari Rp10.000 per unit. Pada 20 Januari, dibeli lagi 200 unit Rp12.000 per unit.

Harga naik menjadi Rp15.000 per unit pada 25 Januari sehingga perusahaan membeli tambahan 150 unit. Selama bulan Januari, total penjualan mencapai 250 unit.

Perhitungan FIFO

  • Pengiriman 10 Januari
    • 100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000
  • Pengiriman 20 Januari (sisa unit)
    • 150 unit x Rp12.000 = Rp1.800.000
  • Total biaya barang yang dijual
    • Rp1.000.000 + Rp1.800.000 = Rp2.800.000
  • Persediaan akhir
    • Sisa dari pengiriman 20 Januari
      • 200 - 150 = 50 unit
      • 50 x Rp12.000 = Rp600.000
    • Sisa dari pengiriman 25 Januari
      • 150 unit x Rp15.000 = Rp2.250.000
  • Total persediaan akhir
    • Rp600.000 + Rp2.250.000 = Rp2.850.000

5. Barang yang Ditukar

Perusahaan membeli 100 unit barang pada 1 Januari Rp10.000 per unit. Pada 15 Januari, perusahaan menukar 50 unit barang Rp12.000 per unit.

Kemudian, pada 25 Januari, perusahaan membeli 150 unit Rp13.000 per unit. Selama bulan Januari, total penjualan mencapai 200 unit barang.

Perhitungan FIFO

  • Pengiriman 1 Januari
    • 100 unit x Rp10.000 = Rp1.000.000
  • Pengiriman 15 Januari (sisa unit)
    • 50 unit x Rp12.000 = Rp600.000
  • Pengiriman 25 Januari
    • 50 unit x Rp13.000 = Rp650.000
  • Total biaya barang yang dijual
    • Rp1.000.000 + Rp600.000 + Rp650.000 = Rp2.250.000
  • Persediaan akhir
    • 150 - 50 = 100 unit
    • 100 unit x Rp13.000 = Rp1.300.000

Kesalahan Umum dalam Penerapan FIFO

Penerapan metode FIFO sering menghadapi kendala yang bisa memengaruhi efektivitasnya. Beberapa faktor utama antara lain pengelolaan stok yang tidak optimal, kesalahan pencatatan, hingga keterbatasan infrastruktur.

1. Pengelolaan Stok yang Tidak Teratur

Penempatan barang yang salah dan tidak teratur dapat membuat stok lama tertinggal dan tidak terpakai. 

Solusinya, Anda bisa menerapkan rotasi stok yang ketat, gunakan perangkat lunak untuk memantau pergerakan barang secara real-time, dan optimalkan kapasitas gudang agar penyimpanan lebih efisien.

2. Kesalahan Pencatatan Data Persediaan

Pencatatan manual rentan terhadap human error sehingga nilai persediaan bisa tidak akurat. Menggunakan sistem inventory otomatis yang mendukung FIFO dapat mengurangi kesalahan ini.

3. Kurangnya Pelatihan Karyawan

Karyawan yang kurang memahami prosedur FIFO bisa salah dalam penerapannya. Solusinya, sediakan pelatihan rutin dan panduan kerja yang jelas agar staf memahami pentingnya FIFO dan cara menerapkannya dengan benar.

4. Kendala Infrastruktur dan Teknologi

Ruang penyimpanan yang terbatas atau minimnya teknologi pendukung bisa menghambat penerapan FIFO. Meningkatkan kapasitas gudang dan menggunakan teknologi, seperti barcode atau RFID dapat membantu memantau stok lebih efisien.

Itulah pembahasan mengenai cara menghitung persediaan akhir dengan metode FIFO beserta contohnya. Perhitungan yang tepat akan membantu bisnis lebih terkontrol, meminimalkan risiko kerugian, sekaligus mendukung keputusan yang lebih akurat.

Untuk mempermudah pencatatan dan pengelolaan stok, Anda bisa memanfaatkan esuite, platform Distribution Management System dari eDOT. 

Melalui modul Inventory, Anda dapat mencatat data dan mengelola stok secara akurat, mulai dari menambahkan rincian stok baru hingga memantau jumlah persediaan di berbagai lokasi. Dengan begitu, manajemen stok menjadi lebih efisien, rapi, dan praktis.

Tertarik mencoba? Hubungi kami untuk mendapatkan penawaran sekarang dan nikmati kemudahan pengelolaan stok bisnis Anda dengan esuite dari eDOT!

Baca juga: Customer Lifetime Value: Rumus dan Cara Meningkatkannya

logo rounded whatsapp